Perjalanan, Kesan dan Memulai Hidup Baru di Jepang
Alhamdulillah wa syukurilah, Allah telah memudahkan saya dalam proses untuk bisa berangkat ke Jepang dan memulai study di Hirosaki University.
Kini, saya sudah mulai stay di Hirosaki. Saya tiba di Hirosaki pada 26 Agustus 2018 siang. Cuaca di Hirosaki kini, mulai memasuki musim gugur, maka suhu sudah mulai menjadi dingin. Malam ini, suhu telah mencapai 6 derajat celcius. Alhamdulillah, Allah masih memberikan saya kesehatan hingga saat ini.
Pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi cerita sedikit mengenai perjalanan saya kemarin, dari Indonesia ke Jepang, beberapa prosedur yang dilakukan saat tiba di Jepang, study di Hirosaki University dan juga kesan - kesan saya untuk Jepang.
Pada 24 September 2018 lalu, saya berangkat ke Jepang bersama dengan 2 orang teman saya lainnya yang mendapatkan beasiswa yang sama. Kita berangkat dari Jakarta ke Tokyo di malam hari. Pesawat kami tiba di Tokyo pada keesokan harinya, jam 9 pagi waktu Jepang (waktu Jepang 2 jam lebih cepat dari Indonesia). Kebetulan, pesawat yang kami gunakan saat berangkat dari Jakarta adalah maskapai Jepang. Beberapa kesan terhadap Jepang pun mulai saya rasakan. Keberangkatan ini adalah yang pertama kali dalam hidup saya ke Jepang. Hal pertama yang membuat saya amaze adalah tata cara mereka mengatur penumpang dan juga keakuratan jadwalnya. Selain itu, hal yang benar2 membuat saya amaze adalah saat berada di dalam pesawat. Mungkin karena maskapai Jepang, mostly penumpang pesawatnya adalah orang Jepang. Saat memasuki pesawat, tidak ada sedikitpun mereka berdesakan, berebut, ataupun berisik. Suasana pesawat sangat2 tenang. Begitupula saat pesawat tiba di Tokyo. Umumnya, saat kita sudah landing di bandara, maka saat mengantri untuk keluar pesawat, kadang banyak sekali orang yang berbicara, sedangkan, ini tidak sama sekali. Benar2 tenang. Jika ada suara pun hanya suara tas yang dipindahkan. Saya benar2 kagum sebegitu besarnya perhatian mereka agar tidak mengganggu orang lain.
Saat tiba di Tokyo, di imigrasi bandara, kami menerima Residence Card. Ini semacam KTP kita di Jepang. Kartu ini sangat penting. Kemudian, kami bertiga dijemput oleh pihak beasiswa dan kami mengirimkan koper yang besar2 ke Laboratory di masing2 universitas, karena kami hanya menginap semalam saja di Tokyo. Di Bandara Haneda, ada fasilitas untuk mengirimkan koper. Jika ingin menggunakan fasilitas ini, saya rekomendasikan untuk pilih yang JAL, karena biayanya lebih murah dibandingkan yang lainnya. Setelah itu, kami berangkat ke kantor beasiswa untuk makan siang bersama. Kemudian, kami diantar untuk sightseeing Tokyo, lalu ke Kedutaan Besar RI di Jepang untuk Lapor Diri. Jadi, untuk WNI yang baru sampai di Jepang dan akan tinggal dalam waktu yang cukup lama, maka diwajibkan untuk melakukan lapor diri. Kemudian, kita diminta untuk mengisi beberapa data seperti alamat tempat tinggal, dst. Sebetulnya, lapor diri bisa juga dilakukan via online melalui website berikut ini : https://sakuraindonesia.jp/
Keesokan harinya (26 September 2018), pada pagi hari, saya berangkat ke Hirosaki City via Aomori City diantar oleh officer dari pihak beasiswa. Kami sampai di Hirosaki pada sekitar pukul 12 siang waktu Jepang. Perjalanan dari Bandara di Aomori City ke Hirosaki City menggunakan Konan Bus ditempuh sekitar 1 jam. Saat tiba di Hirosaki, kami menuju universitas saya untuk menemui Sensei / Professor saya. Kemudian, dilanjutkan untuk mem-finishkan beberapa proses diantaranya adalah :
1. Contract Apato
2. Registrasi di City Hall
3. Membuka akun bank di Japan Post.
4. Melengkapi Apato
5. Membuat beberapa asuransi (National Health Insurance, Gakkensei, Premium Insurance, Apato Insurance).
Oh ya. Hal yang paling penting adalah Registrasi di City Hall. Jadi, untuk mahasiswa asing yang baru tiba di Jepang, wajib untuk melakukan registrasi di City Hall. Fungsinya adalah kita akan mendapatkan Certificate of Residence dan juga National Health Insurance Card. Kedua dokumen ini sangat penting, karena, jika kita ingin membuka akun di bank, maka wajib menggunakan Certficate of Residence. Sedangkan, fungsi National Health Insurance Card adalah untuk mendapatkan diskon. Ketika misalnya sakit, jika visit hospital, maka kita tidak membayar 100 persen (ada diskon). Untuk asuransi Gakkensei, adalah wajib bagi seluruh international student yang belajar di Jepang. Asuransi ini mengcover jika terjadi suatu kecelakaan di dalam kampus saja. Maka, untuk mengcover kejadian di luar kampus, pihak beasiswa mendaftarkan saya untuk ikut asuransi premium, sedangkan untuk asuransi apato diwajibkan di apato yang dikelola oleh Hirosaki University untuk dapat mengcover jika terjadi kerusakan pada fasilitas - fasilitas apato.
Contract Apato adalah perjanjian yang dibuat antara mahasiswa dengan pemilik apato. Umumnya di Hirosaki, apato dapat dikontrak minimum selama 6 bulan. Jika ingin pindah apato, maka ada fee tambahan yang perlu dibayarkan, biasanya sebesar biaya 1 bulan apato. Apato di Hirosaki bervariasi biaya per bulannya kira2 dalam range 25,000 s.d. 50,000 an yen, tergantung dengan fasilitasnya juga. Beberapa apato, seperti apato saya, juga ada biaya untuk parkir sepeda (3,000 yen per bulan). Jadi, lebih baik punya sepeda saja agar parkirannya terpakai hahaha. Biaya ini belum termasuk biaya listrik dan air.
Saat melakukan beberapa prosedur di atas ini, semuanya menggunakan bahasa Jepang. Alhamdulillah pihak beasiswa saya sangatlah care, karena saya benar2 didampingi untuk semua proses di atas. Saat seluruh proses finish, pihak beasiswa baru kembali ke Tokyo.
Pada 29 September 2018, saya mengikuti placement test untuk penempatan kelas bahasa Jepang. Karena saya memulai dari tahap Research Student, jadi kegiatan saya saat ini adalah mengikuti kelas bahasa Jepang setiap hari, lalu setelah makan siang, saya mulai ke Lab. hingga sekitar jam 8 atau 9 malam. Sensei saya sangat baik alhamdulillah.
Kesan - kesan saya pada Jepang hingga saat ini adalah orang Jepang sangatlah extremely clean. Di mana - mana bersih. Jika ke restoran, mereka benar2 menjaga higienisnya. Mereka pun juga selalu mencamtumkan komposisi dari setiap menu yang ada. Oh ya, di Hirosaki, ada 11 jenis sampah. Jika ingin membuang sampah, maka kita harus membeli dulu kantong plastik khusus di supermarket. Membuang sampah juga ada jadwalnya. Misal, hari ini khusus sampah yang burnable, dst. Jadi, sebelum membuang sampah, perlu cek dulu, hari ini jadwal membuang sampah apa. Jepang benar2 sangat teratur. Di kantin universitas saya, setelah selesai makan, maka kita yang menaruh piring2 secara mandiri, dan ada pemisahannya juga (di mana harus meletakkan mangkok, piring, gelas, sumpit, sendok, dst..). Semuanya serba teratur.
Orang Jepang, sangatlah menjunjung tinggi norma kesopanan. Jika berjalan di depan orang, seringkali mereka menunduk. Jika ingin melewati orang selalu bilang "sumimasen". Di jalan pun demikian. Jika ada orang yang ingin menyebrang jalan, maka, mereka selalu mendahulukannya dan sang penyebrang terkadang melambaikan tangannya untuk berterima kasih karena telah diberikan kesempatan untuk menyebrang.
Oh ya, saat di universitas juga, saat itu, saya mau ujian placement test bahasa Jepang, tetapi belum tau lokasi gedungnya. Lalu, saya meminta tolong untuk diberitahu di mana lokasi gedungnya. Saat itu, bagi saya, diberi tahu saja lokasi gedungnya sudah cukup. Tetapi, yang mereka lakukan lebih dari itu. Saya diantarkan sampai ke depan ruang kelasnya, padahal gedungnya lumayan jauh :'). Saya sangat amaze, sebegitu besarnya kepedulian mereka terhadap orang lain.
Orang Jepang juga tepat waktu. Misalnya, jika di jadwal ujian dimulai pada jam 13.00, maka, pada jam 13.00 ujian itu sudah benar2 dimulai, dan semua orang sudah duduk rapi dan siap mengerjakan ujian. Jadi, lebih baik datang lebih awal, misalnya 15 menit sebelum ujian.
Hingga saat ini, saya benar2 takjub dengan budaya orang Jepang yang benar2 teratur, terorganisir, dan rapih. Wajar saja, jika Jepang bisa menjadi negara maju, karena kesadaran, kedisiplinan dan keteraturan itu semua benar2 nyata. Hal ini belum pernah saya temukan di negara lain sebelumnya yang pernah saya kunjungi.
Semoga impresi saya pada Jepang tetap terus semakin baik hingga saya lulus nanti :)
Getsuyoubi, 15 Oktober 2018
Salam dari dinginnya malam di Kota Hirosaki.
Kini, saya sudah mulai stay di Hirosaki. Saya tiba di Hirosaki pada 26 Agustus 2018 siang. Cuaca di Hirosaki kini, mulai memasuki musim gugur, maka suhu sudah mulai menjadi dingin. Malam ini, suhu telah mencapai 6 derajat celcius. Alhamdulillah, Allah masih memberikan saya kesehatan hingga saat ini.
Pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi cerita sedikit mengenai perjalanan saya kemarin, dari Indonesia ke Jepang, beberapa prosedur yang dilakukan saat tiba di Jepang, study di Hirosaki University dan juga kesan - kesan saya untuk Jepang.
Pada 24 September 2018 lalu, saya berangkat ke Jepang bersama dengan 2 orang teman saya lainnya yang mendapatkan beasiswa yang sama. Kita berangkat dari Jakarta ke Tokyo di malam hari. Pesawat kami tiba di Tokyo pada keesokan harinya, jam 9 pagi waktu Jepang (waktu Jepang 2 jam lebih cepat dari Indonesia). Kebetulan, pesawat yang kami gunakan saat berangkat dari Jakarta adalah maskapai Jepang. Beberapa kesan terhadap Jepang pun mulai saya rasakan. Keberangkatan ini adalah yang pertama kali dalam hidup saya ke Jepang. Hal pertama yang membuat saya amaze adalah tata cara mereka mengatur penumpang dan juga keakuratan jadwalnya. Selain itu, hal yang benar2 membuat saya amaze adalah saat berada di dalam pesawat. Mungkin karena maskapai Jepang, mostly penumpang pesawatnya adalah orang Jepang. Saat memasuki pesawat, tidak ada sedikitpun mereka berdesakan, berebut, ataupun berisik. Suasana pesawat sangat2 tenang. Begitupula saat pesawat tiba di Tokyo. Umumnya, saat kita sudah landing di bandara, maka saat mengantri untuk keluar pesawat, kadang banyak sekali orang yang berbicara, sedangkan, ini tidak sama sekali. Benar2 tenang. Jika ada suara pun hanya suara tas yang dipindahkan. Saya benar2 kagum sebegitu besarnya perhatian mereka agar tidak mengganggu orang lain.
Saat tiba di Tokyo, di imigrasi bandara, kami menerima Residence Card. Ini semacam KTP kita di Jepang. Kartu ini sangat penting. Kemudian, kami bertiga dijemput oleh pihak beasiswa dan kami mengirimkan koper yang besar2 ke Laboratory di masing2 universitas, karena kami hanya menginap semalam saja di Tokyo. Di Bandara Haneda, ada fasilitas untuk mengirimkan koper. Jika ingin menggunakan fasilitas ini, saya rekomendasikan untuk pilih yang JAL, karena biayanya lebih murah dibandingkan yang lainnya. Setelah itu, kami berangkat ke kantor beasiswa untuk makan siang bersama. Kemudian, kami diantar untuk sightseeing Tokyo, lalu ke Kedutaan Besar RI di Jepang untuk Lapor Diri. Jadi, untuk WNI yang baru sampai di Jepang dan akan tinggal dalam waktu yang cukup lama, maka diwajibkan untuk melakukan lapor diri. Kemudian, kita diminta untuk mengisi beberapa data seperti alamat tempat tinggal, dst. Sebetulnya, lapor diri bisa juga dilakukan via online melalui website berikut ini : https://sakuraindonesia.jp/
Keesokan harinya (26 September 2018), pada pagi hari, saya berangkat ke Hirosaki City via Aomori City diantar oleh officer dari pihak beasiswa. Kami sampai di Hirosaki pada sekitar pukul 12 siang waktu Jepang. Perjalanan dari Bandara di Aomori City ke Hirosaki City menggunakan Konan Bus ditempuh sekitar 1 jam. Saat tiba di Hirosaki, kami menuju universitas saya untuk menemui Sensei / Professor saya. Kemudian, dilanjutkan untuk mem-finishkan beberapa proses diantaranya adalah :
1. Contract Apato
2. Registrasi di City Hall
3. Membuka akun bank di Japan Post.
4. Melengkapi Apato
5. Membuat beberapa asuransi (National Health Insurance, Gakkensei, Premium Insurance, Apato Insurance).
Oh ya. Hal yang paling penting adalah Registrasi di City Hall. Jadi, untuk mahasiswa asing yang baru tiba di Jepang, wajib untuk melakukan registrasi di City Hall. Fungsinya adalah kita akan mendapatkan Certificate of Residence dan juga National Health Insurance Card. Kedua dokumen ini sangat penting, karena, jika kita ingin membuka akun di bank, maka wajib menggunakan Certficate of Residence. Sedangkan, fungsi National Health Insurance Card adalah untuk mendapatkan diskon. Ketika misalnya sakit, jika visit hospital, maka kita tidak membayar 100 persen (ada diskon). Untuk asuransi Gakkensei, adalah wajib bagi seluruh international student yang belajar di Jepang. Asuransi ini mengcover jika terjadi suatu kecelakaan di dalam kampus saja. Maka, untuk mengcover kejadian di luar kampus, pihak beasiswa mendaftarkan saya untuk ikut asuransi premium, sedangkan untuk asuransi apato diwajibkan di apato yang dikelola oleh Hirosaki University untuk dapat mengcover jika terjadi kerusakan pada fasilitas - fasilitas apato.
Contract Apato adalah perjanjian yang dibuat antara mahasiswa dengan pemilik apato. Umumnya di Hirosaki, apato dapat dikontrak minimum selama 6 bulan. Jika ingin pindah apato, maka ada fee tambahan yang perlu dibayarkan, biasanya sebesar biaya 1 bulan apato. Apato di Hirosaki bervariasi biaya per bulannya kira2 dalam range 25,000 s.d. 50,000 an yen, tergantung dengan fasilitasnya juga. Beberapa apato, seperti apato saya, juga ada biaya untuk parkir sepeda (3,000 yen per bulan). Jadi, lebih baik punya sepeda saja agar parkirannya terpakai hahaha. Biaya ini belum termasuk biaya listrik dan air.
Saat melakukan beberapa prosedur di atas ini, semuanya menggunakan bahasa Jepang. Alhamdulillah pihak beasiswa saya sangatlah care, karena saya benar2 didampingi untuk semua proses di atas. Saat seluruh proses finish, pihak beasiswa baru kembali ke Tokyo.
Pada 29 September 2018, saya mengikuti placement test untuk penempatan kelas bahasa Jepang. Karena saya memulai dari tahap Research Student, jadi kegiatan saya saat ini adalah mengikuti kelas bahasa Jepang setiap hari, lalu setelah makan siang, saya mulai ke Lab. hingga sekitar jam 8 atau 9 malam. Sensei saya sangat baik alhamdulillah.
Kesan - kesan saya pada Jepang hingga saat ini adalah orang Jepang sangatlah extremely clean. Di mana - mana bersih. Jika ke restoran, mereka benar2 menjaga higienisnya. Mereka pun juga selalu mencamtumkan komposisi dari setiap menu yang ada. Oh ya, di Hirosaki, ada 11 jenis sampah. Jika ingin membuang sampah, maka kita harus membeli dulu kantong plastik khusus di supermarket. Membuang sampah juga ada jadwalnya. Misal, hari ini khusus sampah yang burnable, dst. Jadi, sebelum membuang sampah, perlu cek dulu, hari ini jadwal membuang sampah apa. Jepang benar2 sangat teratur. Di kantin universitas saya, setelah selesai makan, maka kita yang menaruh piring2 secara mandiri, dan ada pemisahannya juga (di mana harus meletakkan mangkok, piring, gelas, sumpit, sendok, dst..). Semuanya serba teratur.
Orang Jepang, sangatlah menjunjung tinggi norma kesopanan. Jika berjalan di depan orang, seringkali mereka menunduk. Jika ingin melewati orang selalu bilang "sumimasen". Di jalan pun demikian. Jika ada orang yang ingin menyebrang jalan, maka, mereka selalu mendahulukannya dan sang penyebrang terkadang melambaikan tangannya untuk berterima kasih karena telah diberikan kesempatan untuk menyebrang.
Oh ya, saat di universitas juga, saat itu, saya mau ujian placement test bahasa Jepang, tetapi belum tau lokasi gedungnya. Lalu, saya meminta tolong untuk diberitahu di mana lokasi gedungnya. Saat itu, bagi saya, diberi tahu saja lokasi gedungnya sudah cukup. Tetapi, yang mereka lakukan lebih dari itu. Saya diantarkan sampai ke depan ruang kelasnya, padahal gedungnya lumayan jauh :'). Saya sangat amaze, sebegitu besarnya kepedulian mereka terhadap orang lain.
Orang Jepang juga tepat waktu. Misalnya, jika di jadwal ujian dimulai pada jam 13.00, maka, pada jam 13.00 ujian itu sudah benar2 dimulai, dan semua orang sudah duduk rapi dan siap mengerjakan ujian. Jadi, lebih baik datang lebih awal, misalnya 15 menit sebelum ujian.
Hingga saat ini, saya benar2 takjub dengan budaya orang Jepang yang benar2 teratur, terorganisir, dan rapih. Wajar saja, jika Jepang bisa menjadi negara maju, karena kesadaran, kedisiplinan dan keteraturan itu semua benar2 nyata. Hal ini belum pernah saya temukan di negara lain sebelumnya yang pernah saya kunjungi.
Semoga impresi saya pada Jepang tetap terus semakin baik hingga saya lulus nanti :)
Getsuyoubi, 15 Oktober 2018
Salam dari dinginnya malam di Kota Hirosaki.
Komentar
Posting Komentar